a. Lebih fleksibel, dimana
penggunaannya dapat di integrasikan dengan kegiatan lain, seperti longyam,
pertanian maupun perkebunan dan juga dapat ditempatkan disekitar
rumah/pekarangan.
b. Efesiensi pengunaan air,
mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu mengisi air pada
awal dan penambahan air dapat juga disesuaikan dengan kondisi, misalnya air
dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak
akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
c. Dapat dibuat dan ditempatkan
pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi.
d. Air media budidaya tidak
merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan
sebelumnya hamper setengah bagian dapat juga digunakan lagi untuk pemeliharaan
selanjutnya.
e. Biaya pembuatannya lebih murah
daripada membuat kolam beton/permanent atau semi permanent.
f. Jangka waktu ekonomis kolam
terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus produksi.
g. Mudah cara merakit/membuat
kolam sistim terpal.
II. Cara Pembuatan Kolam Terpal
Setelah semua bahan tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang
akan di pakai untuk mendirikan kolam terpal, jangan sampai ada benda tajam di
atasnya. Pada bagian dasar terpal diberikan sekam setebal ± 5 cm sebagai
stabilitas suhu dan juga untuk menghindari agar terpal tidak terkeca batu atau
benda lainnya sehingga terhindar dari kebocoran. Adapun cara pembuatan kolam
terpal yaitu :
a. Pasang patok (dari kayu
usuk/kayu hidup) berbentuk persegi dengan panjang 5 meter dan lebar 3 meter
dengan ketinggian 100 cm (jika sudah ditanam patok yang kelihatan ± 100 cm).
b. Di sela-sela patok tersebut
diberikan lagi beberapa patok tambahan dengan jarak 25 cm dengan ketinggian
yang sama.
c. Setelah patok tersebut cukup
kuat, lalu pagari/pasang belahan papan (begesting) atau bilah bambu berjajar
dari permukaan tanah terus ke atas sampai ketingian 100 - 120 cm.
d. Agar patok/rangka terpal lebih
kuat dapat pula diberikan tumpukan batako pada bagian luar.
e. Jika rangka sudah kuat, maka
terpal sudah siap dipasang pada bagian dalam petakan persegi yang telah
disiapkan.
f. Alasi rangka tersebut dengan
sekam setebal 3-5 cm untuk menghindari kebocoran dan pengaruh benda tajam dibawahnya.
Setelah
rangka selesai dibuat dan cukup kuat, maka terpal sudah dapat dipasang pada
bagian dalam rangka. Pemasangan terpal harap hati-hati agar jangan sampai ada
terpal yang bocor dan terlipat tidak beraturan. Pertama bentangkan terpal di
dalam kotak persegi, kemudian ratakan, lipat terpal persis melekat di
dinding/rangka, atur lipatan di setiap sudut supaya kelihatan baik, ikat kuat
ujung terpal pada bagian sudut dan atas rangka. Jika masih ada terpal yang
kelihatan tersisa, dapat dilipat ke bawah. Untuk memperpanjang jangka usia
ekonomis terpal dan juga menjaga stabilitas suhu dalam kolam terpal, maka di
atas kolam perlu dibuat pelindung/naungan yang terbuat dari daun kelapa atau
plastik/ paranet. Untuk memudahkan sirkulasi keluar masuknya air dalam bak
terpal, perlu dibuat/dipasang pipa pengeluaran yang letaknya di salah satu
pojok/sudut bak.
II. Budidaya Ikan Lele dalam Kolam
Terpal
Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan
maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh
karena itu, kolam terpal yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu.
Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum
dimasukkan ke dalam kolam.
a. Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak
menggunakan media Lumpur, dalam hal ini kita langsung memasukan air dari sumber
kedalam bak terpal, dengan urutan sebagai berikut :
a. Kedalaman air yang digunakan 25
cm - 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air dan terpal minimal 20 cm).
dengan adanya selisih jarak tersebut diharapkan lele tidak meloncat keluar
kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur 25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
b. Bila perlu diberi pupuk kandang
awal dilakukan 2 minggu sebelum tebar dengan dosis pupuk kandang yang diberikan
yaitu dengan dosis 500 - 700 gr/m2 atau
dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat 15 gram/m2.
c. Untuk tahap awal dan
mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10 ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat
penguraian bahan organik dan juga diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan
tujuan sterilisasi dan membunuh bibit penyakit yang ada dalam air.
d. Untuk pupuk kandang sebaiknya
diberikan dengan cara digantung menggunakan karung atau jaring yang bertujuan
agar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar, sedangkan ampasnya tidak ikut
keluar, dimana ampas pupuk dapat juga mengotori kolam yang pada gilirannya
nanti dapat menjadi media penyebaran penyakit.
e. Kolam terpal siap untuk
digunakan setelah 3 - 5 hari proses pemupukan dan persiapan lainnya, dimana
pada saat itu plankton didalam air diharapkan sudah tumbuh. Makanan alamiah
yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa
fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol.
Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
f. Ikan lele juga menyukai makanan
busuk yang berprotein.
g. Selanjutnya disiapkan bibit
ukuran 7 - 8 cm dengan padat tebar 300 ekor/m2.Pemeliharaan
dalam kolam terpal, sebaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil agar
tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih
baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai
ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung
dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik
tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu
jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut
dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan
suhu air dalam kolam.
h. Setelah itu, bibit yang telah
diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam terpal. Pemberian pakan berupa
pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian
setelah ikan menyebar diseluruh bagian kolam.
b. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein
berkisar antara 26-28 %.
Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot
total ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang
dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2
minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih
praktis dengan menggunakan alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk.
Kemudian setelah itu berangsur-angsur gunakan pelet diameter 1milimeter barulah
kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele).
Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh
seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama
pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 %
dari berat badannya.Berat badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g.
Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang
dibutuhkan selama masa pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat
mortalitas sebesar 10 % adalah 344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele,
sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap,
keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh
keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan
substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh
dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut,
sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu.
Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam
yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan
substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam
yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian,
bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam
diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin.
Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang
dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang
ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih
dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam
beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan
hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan
kebutuhan.
c. Pemeliharaan
Pemeliharaan lele di kolam terpal pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam
lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu
diperhatikan dalam kolam terpal adalah sebagai berikut.
1) Penambahan air dalam kolam
Terpal
Bila
air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga
tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan
air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali.
Panambahan air dilakukan apabila ketinggian air dalam bak terpal
berkurang/kurang dari ketinggian yang diharapkan (dalam setiap penambahan, air
perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika
air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali.
2) Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari
dan juga sebagai makanan tambahan bagi
lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis
tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam
cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam
dibatasi hingga sepertiga bagian
dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan
harus dikurangi secara berkala. Untuk
membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang
diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada
kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat
masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele.
Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar
matahari dan makanan tambahan.
d. Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi
atau sore hari yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu
tinggi). Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak
terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan
menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen,
biarlah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk
pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama semalam (untuk pengangkutan jarak
jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar sehingga dapat lele
tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.
e. Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam
keadaan hidup (segar). Adapun cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah
dengan system terbuka dan tertutup. Kalo
menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak.
Untuk menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang
signifikan maka pada wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus
plastik. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat
atau waktu pengangkutan tidak lebih dari 4 jam.
Kalau
menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang
cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong,
isikan lele sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong.
Pengangkutan sistim ini dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.